Teori Perkembangan Manusia - Teori Perkembangan Manusia




2.1 TEORI-TEORI MENGENAI PERKEMBANGAN MANUSIA
Banyak Faktor  yang menentukan terbentuknya perkembangan manusia, sehingga muncul banyak teori-teori mengenai perkembangan manusia. Teori tersebut meliputi:
1.      Teori Nativisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia itu akan ditentukan oleh factor natives, yaitu factor keturunan yang merupakan fakor yang dibawa oleh individu pada waktu dilahirkan. Menurut teori ini sewaktu dilahirkan individu telah membawa sifat-sifat tertentu, dan sifat-sifat inilah yang akan menentukan keadaan individu yang bersangkutan, sedangkan factor lain yaitu lingkungan ,termasuk didalamnya pendidikan dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan  individu  itu. Teori ini dikemukakan oleh Schopenhauer (Bigot, Kohstamm, Palland, 1950).
Teori ini menimbulkan pandangan seakan-akan manusia telah ditentukan oleh sifat-sifat sebelumnya yang tidak dapat diubah sehingga individu akan sangat tergantung pada sifat yang diturunkan oleh orang tuanya . Teori  ini juga menimbulkan konsekuensi pandangan bahwa manusia nbila dilahirkan baik akan baik dan apabila dilahiran jahat akan tetap menjadi jahat, yang tidak dapat diubah oleh pendidikan dan lingkungan. Karena itu, teori ini dalam pendidikan menimbulkan pandangan yang pesimistik yang memandang pendidikan sebagai suatu usaha yang tidak berdaya menghadapai perkembangan manusia.
2.      Teori empirisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan seseorang akan ditentukan oleh pengalaman-pengalamannya yang diperoleh selama perkembangan individu itu. Teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang optimistis memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi individu. Teori empirisme ini dikemukakan oleh John Locke, juga sering dikenal dengan teori “Tabularasa” yang memandang keturunan atau pembawaan tidak mempunyai peranan.
3.      Teori konvergensi
Teori ini merupakan teori gabungan dari kedua teori tersebut, yaitu suatu teori yang dikemukakan oleh willian Stern. Menurutnya pembawan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan individu. Perkembangan individu akan  akan ditentukan baik yang dibawa sejak lahir (endogen) maupun factor lingkungan(eksogen).
       2.2 Faktor Pembawaan
Faktor pembawaan atau bisa disebut dengan factor eksogen, factor ini  merupakan factor yang dibawa oleh  individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran. Tururnan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir ke dunia ini membwa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau nenek dan kakek. Warisan terpenting antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, intelegensi, bakat, sifat-sifat atau watak, dan penyakit. Seperti pepatah Indonesia yang mengatakan “ air di cucuran  akhirnya jatuh ke pelimbahan juga” yang berarti bahwa keadaan  atau sifat-sifat dari anak itu tidak meninggalkan sifat-sifat dari orang tuanya.
Seperti yang dikenal dengan hukum mendel menunjukan bahwa setiap individu diahirkan telah ada sifat-sifat yang tertentu terutama sifat-sifat yang berhubungan dengan factor kejasmanian , misalnya bagaimana kulitnya putih , hitam atau coklat , bagaimana keadaan rambutnya hitam , pirang, dan lain sebagainya. Sifat-sifat ini mereka dapatkan karena factor keturunan. Factor pembawaan yang bersifat jasmaniah ini tidak dapat berubah. Selain itu ada juga sifat tempramen, yaitu sifat yang berhubungan dengan fungsi-fungsi fisiologik seperti darah, kelenjar, cairan lain, yang terdapat dalam diri manusia.
Hycorates dn Galenus mengemukakan beberapa type tempramen yang ada daam diri manusia yaitu sanguinicus, flegmaticus, cholericus, melanchonicus.  Tempramen sering sekali dianggap sama dengan watak. Karakter/watak  yaitu merupakan keseluruhan dari sifat seseorang yang tampak dalam perbuatannya sehari-hari sebagai hasil pembawaan maupun lingkungan. Namun, tempramen pada umumnya bersifat tidak konstan, dapat berubah-ubah sesuai dengan pengaruh lingkungan.
Sifat pembawaan yang selanjutnya yaitu bakat (aptitude). Bakat merupakan potensi yang berisi kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang ke suatu arah. Bakat bukanlah sesuatu yang telah terjadi, yang tela terbentuk, pada waktu individu dilahirkan tetapi baru merupakan potensi saja. Untuk dapat mengetahuibakat seseorang biasanya melakukan aptitude test.
















2.3 Faktor Lingkungan
Ada pendapat atau aliran yang percaya bahwa sifat manusia (termasuk kecerdasan dan kepribadian lainnya) sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan.
Pandangan seperti ini disebut empirisme. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya. John Locke, seorang filsuf Inggris (1632-1704), adalah salah satu tokoh empirisme yang pertama, yang mengatakan bahwa jiwa manusia waktu lahir adalah putih bersih, bagaikan kertas yang belum ditulisi atau bagaikan “tabula rasa” (arti harfiahnya: papan lilin). Akan menjadi apakah orang itu kelak, sepenuhnya tergantung pada pengalaman-pengalaman apakah yang mengisi tabula rasa tersebut. Orang India pandai berdagang kain, orang Minang berdagang kaki lima, orang Melayu piawai berpantun, anak maling jadi maling, anak dosen jadi dosen, dan seterusnya, itu semua menurut John Locke adalah karena faktorlingkungan.Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri sendiri serta jasmani dan rohaninya.
·         Keluarga
Keluarga, tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, terutama keadaan ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orang tua dalam merawat yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya.
·         Sekolah
Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasanya. Anak yang tidak pernah sekolah akan tertinggal dalam berbagai hal. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir serta kepribadian anak.
·         Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka juga termasuk teman-teman diluar sekolah. Kondisi orang-orang di desa atau kota tempat tinggal ia juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya. Anak-anak yang dibesarkan di kota berbeda pola pikirnya dengan anak desa. Semua perbedaan sikap dan pola pikir diatas adalah akibat pengaruh dari lingkungan masyarakat yang berbeda antara desa dan kota.
·         Keadaan Alam Sekitar
Keadaan alam sekitar tempat tinggal mereka juga berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Keadaan alam sekitar adalah lokasi tempat anak bertempat tinggal, di desa atau di kota, tepi pantai atau pegunungan, desa terpencil atau deket ke kota. Keadaan alam yang berbeda akan berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir dan kejiwaan anak.



        [1] Ahmad Abu, Psikolog Umum, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm 189.
        [2]  Drs. H. Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm 98.
       [3] Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm.167
       [4] Drs. H. Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 105
      

Comments

Popular posts from this blog

Rekayasa Sosial Adalah - Rekayasa Sosial Contohnya Di Indonesia - Rekayasa Sosial Dalam Perspektif Dakwah

Karya Wisata Adalah - Karya Wisata Menurut Para Ahli

Kriteria Observasi Yang Baik - Kriteria Observasi Yang Baik