Etika Interaksi Sosial Dalam Islam - Etika dalam Interaksi Sosial
Etika Interaksi Sosial
Dalam Islam - Etika dalam Interaksi Sosial
Dalam melakukan
interaksi sosial harus ada etika yang dibangun sehingga interaksi itu tetap
harmonis, kondusif dan tidak terputus. Berkaitan dengan hal tersebut, Islam
menjelaskan beberapa etika tersebut, antara lain, :
1.
Tidak boleh saling memfitnah. Perbuatan fitnah itu dilarang
dalam ajaran Islam karena bertentangan dengan kenyataannya. Dalam kehidupan
sosial ditemukan beberapa bentuk fitnah, yaitu fitnah terhadap harta, anak,
keluarga, dan jabatan bahkan perilaku tersebut cukup sulit dihindari oleh
sebahagian masyarakat. Dari segi pergaulan sosial fitnah itu cukup merugikan
orang lain dan dampaknya dapat menimbulkan permusuhan, kebencian, dendam dan
terputusnya hubungan silaturrahim.
2.
Tidak boleh menghina atau menghujat sesama muslim.
Perilaku tersebut dewasa ini cukup mudah ditemukan dalam kehidupan sosial.
Orang begitu mudah tersinggung, menghina, menghujat tanpa alasan yang jelas.
Dampaknya, yakni sering terjadi permusuhan, kebencian, bahkan juga pertengkaran
sesama muslim yang pada akhirnya mengganggu ukhwah islamiyah.
3.
Tidak dibenarkan berburuk sangka kepada orang lain
(suuzzan). Karena tetangga, teman dan pegawai kantoran membangun rumah mewah,
menduduki jabatan terhormat, punya harta, maupun mobil sering menimbulkan buruk
sangka di masyarakat. Dalam Islam, sifat buruk sangka tidak dibenarkan dan
termasuk kedalam kategori akhlak al-mazmumah (akhlak tercela).
4.
Bersikap jujur dan adil. Dalam kehidupan sosial tidak
dibenarkan penuh dengan kebohongan dan ketiadakadilan karena dapat merugikan
pribadi, keluarga, masyrakat bahkan merugikan negara. Pemimpin yang jujur dan
adil akan dihormati, dicintai oleh rakyat dan diteladani kepemimpinannya.
Tetapi apabila pemimpin tidak jujur dan tidak adil maka aka dihina masyarakat,
dan tidak dihormati.
5.
Bersifat tawaduk
atau merendah diri. salah satu sikap yang dibangun dalam interaksi
sosial tidak dibenarkan bersifat sombong karena haratnya, jabatan dan status
sosial.
6.
Berakhlak mulia. Bustanuddin Agus mengatakan bahwa
sesorang yang berakhlak mulia akan mengantarkan bangsa itu menjadi baik dan
dihormati dalam hubungan intersansional. Tetapi apabila masyarakat dan
bangsanya tidak berakhlak mulia maka bangsa itu tidak dihormati dan mengalami
kehancuran. Perilaku atau berakhlak tidaklah cukup sebatas ungkapan tetapi
harus dalam perilaku nyata. Berkaitan dengan soal akhlak itu, Asmaran
mengatakan berakhlak mulia merupakan azas kebahagiaan, keselarasan, keserasian
dan keseimbangan hubungan anatara sesama manusia, baik pribadi maupun dengan
lingkungannya.[1]
Comments
Post a Comment