Filsafat Komunikasi Persuasif - Filsafat Komunikasi Persuasif
Falsafah Komunikasi Persuasif
Falsafah
komunikasi persuasive, seperti halnya ilmu-ilmu yang lain, ada 3 pertanyaan
1. Apa yang dikaji dalam ilmu itu?
2. Bagaimana cara memperoleh pengetahuan
itu?
3. Untuk apa pengetahuan itu digunakan?
pertanyaan pertama disebut ontology (questions of existence), pertanyaan kedua
disebut epistemology (questions of knowledge), dan pertanyaan ketiga disebut
aksiologi (questions of value).
Untuk
menjelaskan ketiga pertanyaan tersebut, akan dikemukakan pemikiran Littlejohn
(1996) secara singkat;
1. Aspek Ontologi
Adapun
hakikat yang dikaji dalam komunikasi persuasive adalah interaksi social dengan
tujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain melalui
kegiatan komunikasi, baik secara verbal ata nonverbal. Aspek ontology sendiri
merupakan hal yang penting sebab merupakan cara para teoritis dalam mengonsep
komunikasi, di mana hal ini tergantung pada besarnya pengukuran atas bagaimana
komunikator dipandang. Semua teori komunikasi diawali dengan asumsi tentang
manusia dan masalah hidup ini terdapat bergabagai pendapat tentang pengalaman
manusia seacara natural atau alamiah.
2. Aspek Epistemologi
Aspek
epistemology atau pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan, merupakan
cabang dari filsafat yang mempelajari pengetahuan atau bagaimana seseorang
mengetahui apa yang mereka anggap tahu. Beberapa teori komunikasi mengambil
penderian Worldview.Hal ini mendasari
asumsi bahwa komunikasi itu merupakan sarana yang vital dalam konstruksi
realitas sosial.
3. Aksiologi
Aspek aksiologi,
menyangkut question of value, yakni
“untuk apa ilmu itu dipergunakan?” berkaitan dengan studi komunikasi
persuasive. Dengan memahami aspek-aspek ontology, epistemology dan aksiologi
ilmu komunikasi persuasif, kita akan dapat memanfaatkan kegunaan ilmu itu
secara maksimal, disamping tidak salah dalam menggunakannya. Selain itu,
melalui ketiga aspek filsafat ilmu tersebut, komunikasi persuasive berusaha
untuk mengembangkan dan melaksanakan aturan-aturan main secara serius, penung
kesungguhan dan tanggung jawab.
c.
Persuasif Sebagai Kegiatan Komunikasi Tak Terarah Dan Linear
Kebanyakan peneliti mendekati
persuasi dari sudut pandang yang bersifat linear dan tak terarah pada sumber
yang aktif menyusun pesan dengan maksud mempengaruhi sikap dan/atau perilaku
penerima pesan yang relative pasif.Dengan perkataan lain, penekanan diberikan
kepada faktor-faktor yang memudahkan atau menghabat kemampuan satu pihak
melaksanakan pengaruh pada pihak lainnya, atau seperti ditegaskan oleh Lin
(1977, hl. 56) ketika menjelaskan perspektif direktif terhadap penelitian
komunikasi, “Tujuan pokok sudah jelas yakni menentukan paduan direktif untuk
mencapai hasil terbaik-guna membentuk dan mengubah partisipan yang menerima.”
Dengan demikian, cara biasa untuk memfokuskan masalah penelitian atau diskusi di kelas mengenai komunikasi
persuasive adalah memperhitungkan
efek karakteristik sumber atas hasil persuasi, efek strategi pesan atas hasil
persuasi, efek saluran alternative atas hasil persuasi, efek karakteristik
penerima pesat atas hasil persuasi, dan sebagai desain penelitian yang terus
berkembang makin canggih, efek konjungtif dari dua kelas variable atau lebih
ini atas hasil-hasil persuasi. Selalu, penyebab secara konseptual mendahuli
sumber, pesan, saluran dan variable penerima, sedangkan efek diluar dalam
kaitan pengaruh sikap dan atau perilaku tertentu, pelaku persuasi bertindak dan
orang yang dipersuasi bereaksi (Miller, 1974).
Comments
Post a Comment