Mad'u Sebagai Objek Dakwah - Mad'u Sebagai Objek Dakwah

Mad'u Sebagai Objek Dakwah


Objek da’wah  (mad’u) adalah merupakan  sasaran da’wah, yang tertuju pada masyarakat luas, mulai dari diri sendiri, keluarga, kelompok, baik yang menganut islam maupun tidak, salah satu sasaran utama yang hendak dicapai melaui da’wah adalah pemberdayaan masyarakat menuju suatu komunitas atau masyarakat yang khaira ummah, the best ummah.
Bukan hanya dari aspek-aspek keimanan dan ibadah semata, melainkan dari aspek-aspek sosial seperti pendidikan. Untuk memosisikan mad’u sebagai sentral da’wah , perlu memerhatikan tiga hal:
a.       Da’wah harus memperhatikan kapasitas pemikiran (tingkat intelektual) suatu masyarakat.
Tingkat pemahaman suatu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lainnya pasti berbeda. Perbedaan pemahaman ditentukan banyak variabel, diantaranya tingkat kemajuan budaya dan peradaban masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat yang masih sederhana dan bersahaja memiliki kecenderungan memahami dengan mudah dan apa adanya. Sedangkan masyarakat yang memiliki intelektual lebih tinggi cenderung memahami agama lebih kompleks.
b.      Da’wah harus memperhatikan kondisi kejiwaan (psikologis) mad’u.
Dipandang dari sudut suasana kejiwaannya, setiap masyarakat memiliki suasana kejiwaan masing-masing, maka da’wah yang manusiawi dan sekaligus komunikatif adalah da’wah yang dapat memahami perbedaan psikologis setiap masyarakat dan mencarikan jalan keluar yang tepat dan sesuai dengan suasana kebatinan mereka. Maka dalam pemilihan dan penyesuaian materi da’wah menjadi hal penting yang harus diperhatikan.
c.       Da’wah harus memperhatikan problematika kekinian yang harus dihadapi oleh masyarakat.
Risalah islam diturunkan dengan kepentingan merespon masalah-masalah umat manusia dan membantu mencarikan jalan keluar dengan mengarahkan manusia melalui bimbingan agar lebih berpihak pada nilai-nilaimoral dan ketuhanan.[1] Dalam pelaksanaannya da’wah harus bersifat komunikatif dan interaktif. Komunikatif berarti bahwa da’wah harus memahami dan merespon setiap problematika umat. Sedangkan interktif berarti da’wah harus mampu berdialog dengan berbagai pihak dan kelompok dalam rangka mecari solusi dan memecahkan masalah yang dihadai oleh umat. Dengan demikian da’wah dituntut untuk selalu inovatif dan kreatif dalam menjawab tantangan zaman dan perubahan sosial.


[1]  Islam Aktual, Jalaludin Rahmat. Hal. 228.

Comments

Popular posts from this blog

Rekayasa Sosial Adalah - Rekayasa Sosial Contohnya Di Indonesia - Rekayasa Sosial Dalam Perspektif Dakwah

Karya Wisata Adalah - Karya Wisata Menurut Para Ahli

Kriteria Observasi Yang Baik - Kriteria Observasi Yang Baik