Metode Karya Wisata Untuk Anak Usia Dini - Metode Karya Wisata Untuk Anak Usia Dini
Metode Karya Wisata Untuk Anak Usia Dini
Objek karyawisata harus
relevan dengan bahan pengajaran, misalnya musium untuk pelajaran sejarah, kebun
binatang untuk pelajaran biologi, taman mini untuk pelajaran ilmu bumi dan
kebudayaan, peneropongan bintang di Lembang untuk fisika dan astronomi.
Karyawisata di samping untuk kegiatan belajar, sekaligus juga rekreasi yang
mengandung nilai edukatif. Karyawisata sebaiknya dilakukan pada akhir semester
atau catur wulan, dan dikaitkan dengan keperluan pengajaran dari berbagai
bidang studi secara bersama-sama, serta dibimbing oleh guru bidang studi yang
bersangkutan.[1]
Pada umumnya, alasan
pemaikaian metode dan sekaligus media karyawisata ialah karena obyek yang akan
dipelajari tidak dapat dibawa ke dalam kelas dan hanya dapat dipelajari di
tempat di mana obyek itu berada. Sebab-sebabnya adalah antara lain:
1. Objeknya terlalu besar.
Misalnya di dekat sekolah sedang diadakan perbaikan jalan di mana digunakan
sebuah mesin giling. Tentunya mesin giling ini tidak akan dapat dibawa ke dalam
kelas karena terlampau besar. Walaupun demikian murid-murid harus mengetahui
bagaimana kerja sebuah mesin giling yang tugasnya meratakan jalan yang telah
ditaburi batu-batu dan dilapisi aspal serta pasir itu. Agar murid-murid
mengetahui cara kerja dan manfaat mesin giling itu, guru membawa murid-murid ke
luar kelas, ke tempat dimana mesin giling itu sedang dipergunakan.
2. Obyeknya akan mengalami perubahan atau kerusakan jika dipindahkandari
tempatnya.
Misalnya dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di mana akan mengajarkan dan
memperlihatkan tanaman yang dinamai “puteri malu”. Tanaman ini jika tersentuh
sedikit saja akan segera menutup atau mengatupkan daun-daunnya sehingga tidak
dapat lagi dilihat bagaimana tanaman itu sesungguhnya jika daun-daunnya sedang
terbuka. Oleh karena itu, agar keasliannya dapat diamati dengan baik,
murid-murid harus dibawa ke kebun, tegalan atau lapangan di mana tanaman
“puteri malu” itu tumbuh.
3. Obyeknya terlampau berat.
Hal ini sama dengan yang telah diuraikan dalam contoh pertama yaitu
mengenai mesin giling. Karena beratnya tentu saja mesin giling itu tidak akan
dapat diminta untuk dimasukkan ke dalam halaman sekolah karena halaman akan
rusak. Jika akan dibawa ke dalam kelas, tentu itu semua tidak mungkin
dikerjakan. Dengan demikian tentunya lebih baik mambawa murid-murid ke mesin
giling tadi daripada membawa mesin giling itu ke sekolah.
4. Obyeknya berbahaya jika dibawa ke kelas.
Misalnya guru akan mengajarkan jenis-jenis binatang buas. Tentunya guru
tidak akan dapat membawa harimau dan singa ke kelas, karena seandainya hal itu
dapat dilakukan, tetap faktor keamanannya tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Binatang-binatang itu terlalu buas untuk dibawa begitu saja ke tempat-tempat
umum. Dengan demikian, cara yang sebaik-baiknya ialah dengan membawa
murid-murid ke kebun binatang dimana harimau dan singa itu dapat diamati
murid-murid tanpa membahayakan keselamatan mereka.
5. Obyeknya hanya terdapat di suatu tempat tertentu.
Misalnya pada suatu ketika diberitahukan dalam surat kabar bahwa di Kebun
Raya Bogor telah berkembang apa yang disebut Bunga Bangkai Raksasa. Bunga itu
tidak dapat dan tentu tidak boleh diangkut ke tempat lain. Oleh karena itu,
jika guru bermaksud memperkenalkan bunga raksasa tersebut kepada murid-murid,
maka jalan satu-satunya ialah berkaryawisata ke Kebun Raya Bogor karena hanya
di sanalah pada waktu itu terdapat bunga tersebut.[2]
Karyawisata mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
1. Memberi pengalaman-pengalaman langsung. Anak belajar dengan menggunakan
segala macam alat indera. Satu karyawisata lebih berharga daripada seratus
gambar.
2. Membangkitkan minat baru atau memperkuat minat yang telah ada.
3. Memberi motivasi kepada murid untuk menyelidiki sebab musabab sesuatu.
4. Menanamkan kesadaran akan masalah-masalah yang terdapat di dalam
masyarakat.
5. Memberi pengertian yang lebih luas tentang kehidupan dalam masyarakat.
Setiap karyawisata
harus direncanakan dengan cermat. Tanpa persiapan usaha itu pasti gagal.
Karyawisata biasanya dilakukan dengan tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Membangkitkan minat untuk suatu unit yang akan dilakukan.
2. Mengumpulkan bahan mengenai suatu masalah.
3. Sebagai kegiatan kulminasi suatu unit.[3]
Sebelum karyawisata dilakukan siswa, sebaiknya direncanakan objek yang akan
dipelajari dan cara mempelajarinya serta kapan sebaiknya dipelajari.[4] Biasanya
karyawisata dilakukan dalam rangka mempelajari sesuatu bagian mata pelajaran.
Sebenarnya satu kali karyawisata bisa digunakan untuk macam-macam pelajaran.
Satu objek karyawisata yang samapun bisa dijadikan tujuan yang berbeda-beda
dari bermacam-macam mata pelajaran.
Sebelum menentukan
tempat yang akan dijadikan obyek karyawisata, kita menelaah dahulu
tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai. Selanjutnya dipertimbangkan apakah
karyawisata ke tempat tujuan itu dapat tercapai dengan efektif. Jika setelah
dipertimbangkan bahwa obyek karyawisata itu menemui tujuan yang diharapkan
tercapai, barulah kita menentukan tempat itu akan dijadikan obyek karyawisata.[5]
Agar pelaksanaan
karyawisata dapat efektif, maka perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Masa persiapan/perencanaan
a. Merumuskan dan menjelaskan tujuan karyawisata.
Anak-anak harus semua
mengetahui apa sebab mereka pergi dan apa yang diharapkan dari masing-masing.
Mereka harus melihat hubungan karyawisata dengan masalah yang mereka hadapi.
b. Menyuruh murid-murid lebih dahulu mempelajari serba sesuatu mengenai apa
yang akan dikunjungi itu.
c. Menyediakan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban sebagai
hasil karyawisata itu.
d. Menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan karyawisata itu.
1) Meminta izin dari obyek yang akan dikunjungi.
2) Mengunjungi objek itu lebih dahulu agar dapat mengadakan perencanaan yang
teliti.
3) Mengadakan pembicaraan dengan orang-orang yang diminta bantuannya.
4) Mengurus soal keuangan, pengankutan, usaha menjamin keselamatan anak dan
sebagainya.
5) Meminta surat izin dari orang tua murid.
6) Membuat rencana tertulis tentang karyawisata, beserta rencana waktu, tempat
yang dikunjungi dan daftar nma-nama murid. Salinannya diberikan kepada kepala
sekolah.
2. Masa pelaksanaan karyawisata
a. Periksa surat-surat orang tua, jumlah murid berdasarkan daftar nama-nama
murid.
b. Pelihara ketertiban selama karyawisata. Sebaiknya anak-anak sendiri mendiskusikan
peraturan-peraturan selama karyawisata itu.
c. Laksanakan karyawisata itu menurut waktu yang telah direncanakan.
d. Bawa semua anak-anak kembali ke sekolah. Periksa apakah semua anak hadir.
Sekali-kali jangan bolehkan anak-anak pulang sendiri ke rumah dari tempat obyek
yang dikunjungi.[6]
Pada langkah ini adalah
melakukan kegiatan belajar di tempat tujuan sesuai dengan rencana yang telah
dipersiapkan. Biasanya kegiatan belajar diawali dengan penjelasan petugas
mengenai objek yang dikunjungi sesuai dengan permintaan yang telah disampaikan
sebelumnya. Dalam penjelasan tersebut, para siswa bisa mengajukan beberapa
pertanyaan melalui kelompoknya masing-masing supaya waktunya lebih hemat.
Catatlah semua informasi yang diperoleh dari penjelasan tersebut. setelah
informasi diberikan oleh petugas, para siswa dengan bimbingan petugas melihat
dan mengamati objek yang dipelajari. Dalam proses ini petugas memberi
penjelasan berkenaan dengan cara kerja atau proses kerja, mekanismenya atau hal
lain sesuai dengan objek yang dipelajari. Siswa bisa bertanya atau juga
mempraktekkan jika dimungkinkan serta mencatatnya. Berikutnya para siswa dalam
kelompoknya mendiskusikan hasil-hasil belajarnya, untuk lebih melengkapi dan
memahami materi yang dipelajarinya.[7]
3. Masa kembali dari karyawisata
a. Mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil dari karyawisata itu.
b. Menyusun laporan, atau paper atau kesimpulan yang diperoleh.
c. Tindak lanjut dari hasil karyawisata seperti; membuat grafik, gambar,
model-model, diagram, alat-alat lain dan sebagainya.[8]
Guru dapat meminta kesan-kesan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar
tersebut, di samping menyimpulkan materi yang telah diperoleh dan dihubungkan
dengan bahan pengajaran bidang studinya. Di lain pihak guru juga memberikan
penilaian terhadap kegiatan belajar siswa dan hasil-hasil yang dicapainya.
Tugas lanjutan dari kegiatan belajar tersebut dapat diberikan sebagai pekerjaan
rumah, misalnya menyusun laporan yang lebih lengkap, membuat pertanyaan-pertanyaan
berkenaan dengan hasil kunjungan, atau membuat karangan berkenaan dengan
kesan-kesan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajarnya.[9]
Adapun kelebihan penggunaan metode karya wisata
(Field-Trip) antara lain :
a. Karyawisata menerapkan prinsip
pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah
menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c. Pengajaran dapat lebih merangsang
kreativitas anak.
d. Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai
kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada obyek karya wisata itu, serta
mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin
diperoleh disekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat
khusus atau ketrampilan mereka.
e. Siswa dapat melihat berbagai
kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati
secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka.
f. Dalam kesempatan ini siswa dapat
bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala
persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran
teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek.
g. Dengan obyek yang ditinjau itu siswa dapat
memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang
tidak terpisah-pisah dan terpadu.
h. Mendorong peserta didik belajar secara konferhensif dan integral,
i. Merangsang peserta didik
dapat menjawab semua tugas guru dengan data/peristiwa secara langsung
j. Membuat siswa mengingat
objek lebih lama karena mempelajari objek tersebut secara langsung
k. Memberikan kesempatan untuk lebih
menghayati apa yang dipelajari sehingga lebih berhasil
l. Memberi kesempatan kepada
peserta untuk melihat dimana peserta ditunjukkan kepada perkembangan teknologi
mutakhir.
[1]Nana Sudjana
dan Ahmad Rival, Op. Cit., hlm. 210
[2]Jusuf
Djajadisastra, Op. Cit., hlm. 10-12
[3]S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2010), Cet. IV, hlm. 133-134
[4]Nana Sudjana
dan Ahmad Rival, Op. Cit., hlm. 210
[5]Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik
Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993), Cet. V,
hlm. 62
[6]S. Nasution, Op.
Cit.,hlm. 134-135.
[7]Nana Sudjana dan Ahmad Rival, Op. Cit., hlm. 216.
[8]Rostiyah NK, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), Cet. VII, hlm. 86-87.
[9]Nana Sudjana dan Ahmad Rival, Op. Cit., hlm. 216-217.
Comments
Post a Comment