Human Relation Adalah - Human Relation Dalam Keluarga



2.1 Pengertian Human Relation (Hubungan Antar Manusia)
Menurut Onong Uchajana Effendi Human Relation adalah hubungan manusiawi atau hubungan Insani. Ciri hakiki human relation bukan “Human” dalam pengertian wujud manusia, melainkan dalam proses rokhaniah yang tertuju kepada kebahagiaan berdasarkan watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap, tingkah laku dan lain-lain aspek kejiwaan yang terdapat dalam diri manusia.
Akan tetapi ada pula yang menerjemahkan Human Relations sebagai hubungan manusia, bukan hubungan manusiawi. Menurut Onong, hal tersebut tidak terlalu salah karena yang berhubungan satu sama lain adalah manusia. Ia menambahkan:
“Hanya saja (Human Relations) di sini sifat hubungan tidak seperti orang berkomunikasi biasa, bukan hanya merupakan penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain, tetapi hubungan antar orang-orang yang berkomunikasi itu mengandung unsur-unsur kejiwaan yang sangat mendalam”.
Dikatakan bahwa hubungan manusiawi itu merupakan suatu komunikasi karena sifatnya yang orientasi pada perilaku (action oriented), hal ini mengandung kegiatan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang (Onong, 2001). Davis dalam Effendy, mengemukakan bahwa human relations adalah kegiatan dalam upaya memotivasi manusia untuk menumbuhkan kerja sama yang efektif, dan memberikan pemenuhan kebutuhan dan juga tujuan organisasi. Potensi aktualitas dan proses kreativitas manusia perlu digali, diarahkan dan dikembangkan di dalam wadah masyarakat dan juga organisasi. Menurut Effendy (1993), human relation yaitu:
Ada dua pengertian hubungan manusiawi, yakni hubungan manusiawi dalam arti luas dan hubungan manusiawi dalam arti sempit.
a. Hubungan Manusia Dalam Arti Luas
Dalam arti luas, human relation adalah komonikasi persuasive yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan sehingga menimbulkan kebahagian dan kepuasan hati kedua belah pihak. 
Bahwa manusia harus bersikap demikian sebenarnya bukanlah hal yang luar biasa sebab secara kodratiyah, selain homo sapiens sebagai makhluk berpikir yang membedakannya dengan hewan, manusia juga merupakan homo socius, makhluk bermasyarakat. Tidak mungkin ia hidup tanpa orang lain. Dan sebagai makhluk sosial, ia harus berusaha menciptakan keserasian dan keselarasan dengan lingkungannya. 
Sebagai anggota masyarakat, manusia hidup dalam dua jenis pergaulan yang oleh Ferdinand Tonnies disebut Gemeinschaft dan Gesellschaft. Dalam Gemeinschaft seseorang bergaul dalam suatu kehidupan yang sangat akrab, sedemikian akrabnya sehingga penderitaan atau kebahagiaan yang dialami oleh orang lain dirasakan olehnya seperti penderitaan atau kebahagiaannya sendiri. Kehidupan keluarga atau kehidupan berteman yang sangat akrab termasuk ke dalam Gemeinschaft. Ciri lain dari Gemeinschaft ialah bahwa seorang anggota Gemeinschaft tidak bisa keluar masuk masyarakat itu menurut kemauannya saja. Seorang ayah, umpamanya, walau apapun yang terjadi, tetap ayah dari anak-anaknya. Ia tidak bisa membebaskan diri dari status ayah itu. Sifat pergaulan hidup Gemeinschaft ialah statis-pribadi-tak rasional. Dikatakan statis karena pergaulan hidup dalam masyarakat demikian tidak banyak mengalami perubahan. Interaksi yang terjadi dalam suatu rumah tangga setiap hari antara ayah, ibu, dan anak tidak mengalami dinamika. Sifatnya pribadi (personal). Jika terjadi perselisihan, dapat diselesaikan dengan segera. Tidak rasional maksudnya tidak ada tata cara yang mengatur pergaulannya. 
Lain sekali dengan pergaulan hidup dalam Gesellschaft, yakni kehidupan dalam suatu organisasi yang sifatnya dinamis, tidak pribadi dan rasional. Dinamis artinya hubunganya dengan orang banyak bergantian. Tidak pribadi artinya tidak akrab sehingga jika terjadi benturan psikologis, tidak mudah menyelesaikannya. Rasional artinya ada aturan-aturan ketat yang mengikat. Dalam Gesellschaft orang bergaul berdasarkan perhitungan untung rugi. Seseorang baru memasuki pergaulan hidup Gesellschaft apabila diperkirakan ada keuntungan baginya. Ia juga bebas masuk dan keluar dari Gesellschaft sesuai dengan ada tidaknya pamrih padanya. Akan tetapi pergaulan hidup seperti yang dikemukakan Ferdinand Tonnies itu sebenarnya hanyalah tipe-tipe ideal. Pada kenyataannya tipe-tipe ekstrem 100% tidaklah mutlak ada, yang ada hanyalah tekanan atau titik berat pada salah satu dari jenis pergaulan hidup itu. Artinya: jika titik beratnya rasio, dinamakan Gesellschaft; jika titik beratnya perasaan, dinamakan Gemeinschaft. Dalam Gesellschaft tujuan pergaulan lebih banyak ditekankan pada keuntungan; dalam Gemeinschaft untuk mendapat hubungan kekeluargaan atau kekerabatan. Kalaupun dalam Gemeinschaft ada keuntungan yang dapat diperoleh, keuntungan itu datang dengan sendirinya; dalam Gesellschaft datang karena kewajiban yang dipaksakan dari luar. Dalam Gemeinschaft kewajiban datang bukan dari luar, melainkan dari dalam diri pribadi. Apa pun sifat pergaulan itu, apakah Gemeinschaft atau Gesellschaft, tujuan hubungan manusiawi adalah pemusatan hati masing-masing yang terlibat dalam kegiatan itu. 
Eduard C. Lindeman dalam bukunya yang terkenal, The Democratic Way of Life, mengatakan bahwa “Hubungan manusiawi adalah komunikasi antar persona (interpersonal communication) untuk membuat orang lain mengerti dan menaruh simpati”. Orang akan menaruh simpati jika dirinya dihargai. Dalam hubungan ini William James, seorang ahli ilmu jiwa dari Harvard University, Amerika Serikat mengatakan bahwa “tiap manusia dalam hati kecilnya ingin dihormati dan dihargai”.
Dalam pada itu, Keith Davis mengatakan bahwa human dignity (harga diri) merupakan etika dan dasar moral bagi hubungan manusiawi. Hasil penyelidikan mengenai personal wants (keinginan pribadi) telah menunjukkan bahwa tiap manusia ingin diperlakukan sebagai human being (manusia) dengan respect (kehormatan) dan dignity (penghargaan). Agar seseorang merasa bahwa dirinya dihargai sebagai layaknya manusia dapat ditunjukkan dengan berbagai cara bergantung pada situasi, kondisi, dan tujuan dilakukannya human relations itu. 
b. Hubungan Manusia Dalam Arti Sempit
Dalam arti sempit, human relation adalah komonikasi persuasive yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dalam situasi kerja ( work situation) dan dalam organisasi kekaryaan (work organization) dengan tujuan untuk menggugah kegairahan dan kegiatan bekerja dengan semangat bekerja sama yang produktif dengan perasaan bahagia dan puas hati.
Hubungan manusiawi dalam arti sempit adalah juga interaksi antara seseorang dengan orang lain. Akan tetapi interaksi di sini hanyalah dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan (work organization).
Dipandang dari sudut pemimpin yang bertanggung jawab untuk memimpin suatu kelompok, hubungan manusiawi adalah interaksi orang-orang yang menuju satu situasi kerja yang memotivasikan mereka untuk bekerja sama secara produktif dengan perasaan puas, baik ekonomis, psikologis, maupun sosial.” Demikian kata Keith Davis dalam bukunya, Human Relations at Work. Dikatakan oleh Keith Davis selanjutnya bahwa hubungan manusiawi adalah seni dan ilmu pengetahuan terapan (applied arts and science). Jelas bahwa ciri khas hubungan manusiawi adalah interaksi atau komunikasi antarpersona yang sifatnya manusiawi. Karena manusia yang berinteraksi itu terdiri atas jasmani dan rohani yang berakal dan berbudi yang selain merupakan makhluk pribadi juga makhluk sosial maka dalam melakukan hubungan manusiawi kita harus memperhitungkan diri manusia dengan segala kompleksitasnya itu. 
Seperti telah disinggung di muka, dalam organisasi kekaryaan manusia merupakan strategic component karena mempunyai peranan yang sangat penting. Organisasi kekaryaan dewasa ini cenderung menganut filsafat yang people centered yakni bahwa dalam organisasi kekaryaan manusia bukan pelaksanaan atau alat produksi belaka melainkan merupakan faktor pendorong dalam mencapai tujuan. Hubungan manusiawi dalam organisasi kekaryaan inilah yang banyak dipelajari, diteliti dan dipraktekkan di negara-negara yang sudah maju sebab faktor manusia ini sangat berpengaruh pada usaha mencapai tujuan organisasi: dapat memperlancar, dapat juga menghambat. Dengan hubungan manusiawi, para pemimpin organisasi dapat memecahkan masalah yang timbul dalam situasi kerja karena faktor manusia, bahkan selanjutnya dapat menggairahkan dan menggerakkannya ke arah yang lebih produktif. 
Sejak awal kehidupan, manusia diciptakan untuk hidup bersama. Setiap manusia mempunyai ayah dan ibu yang melahirkan, memelihara dan membesarkannya. Karena setiap manusia mempunyai ayah dan ibu maka dia pasti mempunyai kakek dan nenek, paman dan bibi serta saudara dan saudari. Hubungan kekeluargaan itu dapat diperluas ke lingkungan di luar kerabat keluarga, misal hubungan dengan lingkungan tetangga, sekolah dan organisasi sosial. 
Jadi, human relation dalam arti luas merupakan komunikasi yang dilakukan di saja, baik di rumah, di jalan, di pasar dan dalam berbagai kesempatan, sedangkan dalam arti sempit, di maksudkan sebagai komunikasi yang dilakukan dalam situasi formal. Dengan demikian, dalam human relation, aspek komunikasi harmonis sangat di perlukan agar human relation yang berlangsung betul-betul memiliki dampak yang bersifat positif terdapat kelancaran kerja karyawan. 
Dari berbagai pengertian dan pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa pada dasarnya human relation keseluruhan hubungan (interaksi) yang dilakukan yang bersifat rohaniah yang terjadi antara orang yang terlibat dalam organisasi dalam rangka penyelesaian tugas dan tanggung jawab dengan tetap memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan yang di miliki setiap individu, sehingga tujuan organisasi yang telah di tetapkan dapat terwujud. Yang terpenting dalam human relation adalah terdapatnya hubungan (interaksi) komunikatif persuasif dan kedua belapihak merasa hatinya puas, yang merupakan aspek manusiawi dari human relation.
2.2 Hubungan Insani dalam Keluarga
Keluarga sebagai suatu lembaga sosial, selalu menghadirkan adanya hubungan atau relasi antar manusia. Hubungan insani yang dikehendaki atau diharapkan dalam kehidupan keluarga itu, ialah relasi dalam bentuk positif. Pada hakekatnya dalam keluarga harus ada relasi insani berdasarkan adanya afeksi atau kasih sayang di antara anggota keluarga.
Pengadaan relasi positif diantara anggota keluarga dapat terjadi apabila hadir faktor-faktor sebagai berikut: Saling mempercayai, saling menghormati dan mengagumi, mempunyai interest yang relative “sama”, mempunyai tujuan dan filsafat hidup yang sama diantara anggota keluarga dan akhirnya secara operasional perlu adanya kooperasi di antara anggota keluarga.
Komunikasi adalah proses pengalihan informasi dari satu orang atau sekelompok orang dengan menggunakan simbol-simbol tertentu kepada satu orang atau satu kelompok lain. Proses pengalihan informasi tersebut selalu mengandung pengaruh tertentu. Proses pengaruh tersebut merupakan suatu proses yang bersifat psikologis yang pada gilirannya membentuk proses sosial. Hafied Cangara menjelaskan fungsi komunikasi dalam keluarga ialah meningkatkan hubungan insani (Human relation), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi dalam keluarga, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Komunikasi dalam keluarga dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup berkeluarga dan bermasyarakat seseorang bisa memperoleh kemudahan-kemudahan dalam hidupnya karena memiliki banyak sahabat. Melalui komunikasi dalam keluarga, juga dapat dibina hubungan yang baik, sehingga dapat menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik diantara anggota keluarga khususnya pada anak.
Untuk mengubah sebuah perilaku komunikasi yang terjadi haruslah bersifat terbuka dari dua arah. Masing-masing pihak haruslah ada keterbukaan antara satu dengan yang lain sehingga terjadi saling pengertian diantara keduanya. Menurut Supraktiknya menyatakan bahwa keterbukaan dalam sebuah proses komunikasi antara anak dan orangtua merupakan hal terpenting untuk menciptakan saling pengertian di antara keduanya. Tingkat keterbukaan dalam sebuah proses komunikasi tergantung dari seberapa dekat orangtua terhadap anak sehingga anak merasa aman ketika ia mencurahkan isi hatinya secara menyeluruh kepada orangtua seperti halnya dikatakan oleh Mark and Miller (1994 : 60) bahwa kedekatan antara anak dan kedua orangtua merupakan hal yang mutlak untuk dapat mengetahui apa yang menjadi keinginan dan pengukapan perasaan diri anak secara menyeluruh dalam sebuah proses komunikasi. hal ini menjadikan anak lebih dihargai dan merasa diperhatikan sehingga anak pun akan membuka diri terhadap apa yang dinasehatkan orangtua kepadanya.



Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Onong, 2001).
Uchjana Efendy, Human Relations dan Public Relations, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1993).
Al Muchtar, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung:PT. Imperial Bhakti Utama, 2007).
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002).
A Supraktiknya, Komunikasi Antar Pribadi, (Yogyakarta: Kanisius, 1995).

Comments

Popular posts from this blog

Rekayasa Sosial Adalah - Rekayasa Sosial Contohnya Di Indonesia - Rekayasa Sosial Dalam Perspektif Dakwah

Komponen Sikap Terdiri Dari - Komponen Sikap Beserta Contoh

Karya Wisata Adalah - Karya Wisata Menurut Para Ahli