Penyelenggaraan Dan Kesinambungan Hidup - Penyelenggaraan Dan Kesinambungan Hidup


PENYELENGARAAN DAN KESINAMBUNGAN HIDUP
Penyelenggaraan hidup jasmani. Aja pijer mangan nendra. Kaprawiran den ka esthi
1. Berdasarkan kejasmaniannya manusia itu juga sungguh-sungguh makhluk jasmani. Oleh sebab itu, dia hanya bisa melaksanakan hidupnya dengan menyatukan diri dengan alam jasmani. Hidupnya adalah hidup jasmani karenanya harus diselenggarakan, digarap, dirawat dengan barang-barang jasmani, tegasnya dengan bahan-bahan yang dijadikan makanannya. Manusia harus menggunakan bahan-bahan jasmani tidak hanya untuk hidupnya jasmani, tetapi untuk seluruh hidupnya sebagai manusia. Prestasi yang insani-insani dalam kesenian, teknik, ilmu pengetahuan, tidak mungkin jika manusia yang melaksanakan itu tidak cukup makan.
2. Makan bagi manusia adalah sesuatu keharusan, tetapi juga suatu resiko: vivire   pericoloso. Sebab dalam soal makan, manusia bisa berlebih-lebihan, baik mengenai kuantitas maupun kualitasnya. Berlebih-lebihan ini menyebabkan macam-macam penyakit fungsional yang menyebabkan sengsaraan dan akhirnya riwayat hidup.  Spencer peranh berkata, bahwa kebanyakan manusia membuang separuh hidup mereka, yang dimaksud ialah bahwa kebanyakan manusia akan hidup lebih lama lagi; andaikata mereka tidak terlalu mementingkan makanan, sehingga mereka makan sebanyak-banyaknya dan senikmat-nikmatnya.
3. Suatu keanehan bahwa manusia itu tidak hanya memerlukan bahan makananya, dia memerlukan juga  mengerti bahan makanannya. Manusia tidak hanya sekedar mengambil apa yang ada; namun dia membuat bahan makanannya. Dalam membuat ini dia memilih apa yang baik bagi hidup badani. Tentu saja, sebelum ada pengetahuan yang  dipertanggungjawabkan, manusia membuat banyak kesalahan. Meskipun demikian dalam lingkungan biasa, ada pengertian yang cukup tepat untuk memilih bahan-bahan yang bermanfaat meskipun orang tidak mengerti analisinya.  Dalam kalangan rakyat jelata juga ada pengertian daun-daun yang sehat (seperti daun pepaya, daun singkong, dan lain sebagianya). Setelah hidup lebih berdasarkan ilmu pengetahuan, maka orang bisa mengerti hal-hal yang dibutuhkan badan manusia. Dengan pengertian tentang kalori, tentang protein, tentang berbagai macam vitamin (A, B, C, dan D) dan zat-zat lain yang diperlukan sehingga orang bisa membuat menu yang memenuhi syarat. Dalam hidup sehari-hari tidak perlu menu yang mewah, malahan ini harus disingkiri, yang penting ialah menu yang sehat.
4. Manusia biasanya tidak begitu saja makan bahan-bahan mentah, seperti lembu makan rumput. Manusia itu memasak makanannya, dan dalam hal ini membuat macam-macam kombinasi. Dalam lingkungan primitif pengertian tentang masak-masakan masih kurang, kadang-kadang hanya ada satu dua cara yang sangat sederhana. Tetapi misalnya dalam masyarakat kita sekarang, pengertian ini sudah sangat luas. Malahan ada pelajaran yang khusus untuk maksud itu. Dalam dunia yang tinggi tekniknya, tinggilah juga teknik masakan-masakannya. Tetapi lepas dari adanya sekolah, keahlian masak-masakan itu sudah ada, diajarkan dengan praktek. Keahlian ini kita bisa lihat dalam keadaan masyarakat kita, baik di desa maupun di kota. Dalam penyelenggaraan yang lebih sempurna itu, maka pengolahan makanan nampak sebagai kebudayaan. Malahan kebudayaan ini kerap kali sudah masuk bentuk yang kita sebut perhalusan. Artinya disitu orang tidak hanya membuat bentuk-bentuk yang hanya memenuhi keperluan dengan kelezatan secukupnya. Dalam hal ini orang kerap kali membuat bentuk-bentuk yang menyebabkan kenikmatan setinggi-tingginya.
5. Suatu sikap tertentu dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmani kita. Sikap itu kita sebut: DISTANSI DAN MODERASI. Distansi: artinya jarak. Manusia itu sebagai subyek mengahadapi makanannya sebagai obyek. Dia sebagai subyek sadar diri, dan sadar akan obyeknya. Dia bisa berpikir-pikir tentang makanannya, bisa menelitinya, bisa menganalisanya. Lihatlah sebaliknya barang hidup yang lebih rendah. Tumbuhan juga makan, malahan ada tumbuhan yang makan lalat. Tetapi tumbuhan (tanaman) tiadak sadar akan makanannya, tidak berhadapan dengan makanannya. Dalam dunia lain ada variasi yang sangat kaya, ada tingkat-tingkat dari mulai yang terendah sampai yang tertinggi. Ambillah dalam pandangan ini hewan yang tertnggi saja, misalnya simpanse, yang jika diajari bisa makan “secara manusia” (pakai garpu, sendok, dsb). Atas dasar kemiripan dengan manusia: bisa. Tetapi sebetulnya tidak sama dengan manusia yang berhadapan dengan obyeknya. Simpanse tidak akan bisa mengerti dipakainya garpu dan sendok (untuk kebersihan). Tentang makanannya; dia tidak mempunyai pengertian kecuali menurut insting (naluri). Dia tidak mengerti ”menu”. Dia tidak mengerti hubungan antara makanan dan kesehatan. Dia juga tidak bisa menghindarkan makan karena hari puasa! Mengingat semua ini, maka tidaklah bisa dikatakan, bahwa simpanse betul-betul, secara formal berhadapan dengan makanan: selalu subyek terhadap obyek. Jadi dalam alam hewan tidak ada betul-betul: distansi dan moderasi. Moderasi artinya penguasaan diri. Dalam mengahadapi makanan manusia itu mempunyai kekuasaan. Dia bisa menentukan apakah dia akan makan, dia bisa menentukan apakah dan berapa banyakkah yang akan dimakan. Dia mempunyai moderasi.  Moderasi tidak bisa dipisahkan dari distansi; adanya selalu bersama. Kalau tidak ada distansi, juga tidak ada moderasi










DAFTAR PUSTAKA

Sudiarja, Karya Lengkap Driyarkara, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,  h. 203
Driyarkara, Filsafat manusia. 1969, Yogyakarta: Kanisius. 1969, h. 31

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Rekayasa Sosial Adalah - Rekayasa Sosial Contohnya Di Indonesia - Rekayasa Sosial Dalam Perspektif Dakwah

Mad'u Artinya - Mad'u Artinya

Karya Wisata Adalah - Karya Wisata Menurut Para Ahli